Friday, July 2, 2021

Qunut jihar pada iman

 QUNUT JAHAR BAGI IMAM


Disunnahkan Bagi Imam MEN-JAHAR-KAN Bacaan QUNUT.

Yang Manakah Yang Dikatakan Qunut?

Syihabuddin Al Qulyubi Dalam Hasyiyah Mahalliy Menjawab:


وهو لغة االدعاء والعبادة مطلقا.

وشرعا مااشتمل على دعاء وثناء.

Definisi Qunut Secara Lughah/Bahasa/Etimologi Adalah Doa Dan Juga Ibadah.

Definisi Qunut Secara Syar'i/Terminologi Adalah Bacaan Yang Memuat Atas (Kumpulan) Doa Dan Sanjungan.


Pada Contoh Qunut Yang Masyhur Maka Adalah

اللهم اهدنا فيمن هديت

 Hingga

 وقنا شر ما قضيت

 Itu Doa.

Adapun

فانك تقضي

 Hingga 

واتوب إليك 

Itu Adalah Tsana' Atau Sanjungan.

Kumpulan Yang Memuat Keduanya Itulah Yang Dimaksud Dengan Qunut.


Setelah Kita Pahami Qunut Dari Makna Qunut Secara Syar'i Maka Mudah-Mudahan Jelas Pula Bagi Kita Tentang Hukum Sunnah Jahar Qunut Bagi Imam.


Jika Qunut Adalah Kumpulan Doa Dan Tsana', Dan Jika Sunnah Bagi Imam MEN-JAHAR-KAN Qunut Maka Itu Maknanya Sunnah Bagi Imam MEN-JAHAR-KAN Seluruh Bacaan Qunut, Baik Itu Pada Allahummahdina Maupun Pada FAINNAKA TAQDHI Hingga Selesai.


Demikianlah Dijelaskan Dalam Seluruh Kitab Syafi'iyyah Yang Telah Penulis Bacakan.


Praktek Seperti Ini Mungkin Tidak Lumrah Bagi Sebagian Masyarakat, Karena Mereka Terbiasa Dengan Cara Sir (Mengecilkan Suara) Pada FAINNAKA. 


Oleh Karena Hal Ini Tidak Biasa Maka Ada Sebagian Masyarakat Yang Seakan Bingung Tentang Apa Yang Mereka Bacakan Ketika Imam MEN-JAHAR-KAN FAINNAKA.


Berdasarkan Kitab Yang Dipelajari Di Dayah Dayah Aceh Dijelaskan Sebagai Berikut:


1. Ketika Imam Membacakan Doa Secara JAHAR Pada Qunut Yaitu ALLAHUMMAHDINA Hingga SYARRA MA QADHAITA, Maka Yang Sunnah Bagi MAKMUM Adalah Membaca AMIN Secara JAHAR.


2. Ketika Imam Membacakan TSANA' Secara JAHAR Pada Qunut Yaitu FAINNAKA TAQDHI Hingga WA ATUBU ILAIKA Maka Yang Sunnah Bagi MAKMUM Adalah Membaca Bacaan Tersebut Secara SIR (Mengecilkan Suara).


3. Atau Boleh Juga Bagi MAKMUM Membaca ASYHADU Atau BALAA WA ANA ALA DZALIKA MINASY SYAHIDIN Secara JAHAR. Tetapi Yang Terbaik Bagi MAKMUM Adalah Membacanya Seperti Dijelaskan Pada Nomor 2.


Pertanyaannya:

1. Bagaimana Jika Ada MAKMUM Yang Meng-AMIN-Kan Semuanya?


Jawabannya: Itu Pun Dibolehkan Walaupun Itu Pendapat Dhaif Dalam Madzhab.


2. Bagaimana Jika Imam Tetap Pada Kebiasaannya Yaitu Tidak MEN-JAHAR-KAN Pada FAINNAKA?


Jawabannya: Tidak Mengapa, Hanya Saja Sang Imam Tersebut Tidak Melakukan Suatu Sunnah Berdasarkan Pendapat Yang Kuat Dalam Madzhab.


3. Apakah Praktek Seperti Ini Tidak Membingungkan Bagi Orang Awam?


Jawabannya: Tugas Orang Berilmu Menjelaskan Kepada Masyarakat Agar Tidak Bingung. Jangan Pula Orang Berilmu Pura Pura Menjadi Awam. Atau Jangan Jangan Memang Orang Awam Tetapi Terlanjur Dianggap Sebagai Orang Berilmu.


4. Seharusnya Ini Dijelaskan Dulu Pada Pengajian-Pengajian.


Jawabannya: Khusus Saya, Ini Sudah Saya Jelaskan Diberbagai Tempat Saya Mengajar, Tetapi Sayangnya Masyarakat Tersebut Tidak Ikut Pengajian Saya. Dan Saya Berharap Mereka Hadir Di Majelis Yang Lain Dan Semoga Gure Di Sana Mau Berlaku Amanah Dalam Menyampaikan Ilmu.


5. Kalau Kita MEN-JAHAR-KAN Sekarang, Bagaimana Dengan Guru-Guru Kita Dahulu Yang Tidak Melakukan Seperti Itu?.


Jawabannya: Jangan Menggunakan Rumus Wahabi Dalam Mengamalkan Ilmu. Wahabi Tidak Mau Memperingati Maulid Karena Itu Tidak Ada Dalilnya, Tidak Dilakukan Dimasa Nabi, Shahabat Dan Tidak Pula Dimasa Salaf. Seandainya Peringatan Maulid Itu Baik Sungguh Mereka Generasi Salaf Dahulu Sudah Melakukannya. Itu Jalan Pikiran Wahabi.

Lalu Dalam Masalah Qunut Kita Akan Berkata: Seandainya MEN-JAHAR-KAN FAINNAKA Bagi Imam Itu Benar Sungguh Guru-Guru Kita Dahulu Sudah Melakukannya".

Padahal Sumber Yang Kita Baca Hari Ini Adalah Kitab Yang Dulu Kita Belajar Kepada Mereka.

Mungkin Dahulu Para Guru Kita Tidak Menerapkannya Dengan Maslahah Yang Nampak Pada Mereka Kala Itu.

Lalu Apa Masalah Kita Sekarang?


PROBLEM: Di Satu Sisi Mereka Bilang Kami Orang Awam, Tetapi Sayangnya Mereka Tidak Mau Menghadiri Pengajian. BERARTI MEREKA ORANG PINTAR.


Referensi Pembahasan:


1. Khatib Syarbaini Kitab Mughni Muhtaj Syarah Minhaj.

والصحيح (ان الأمام يجحر به) للاتباع رواه البخاري وغيره.

قال الماوردي: وليكن جهره به دون جهره بالقراءة.


Terjemahan: Dan Pendapat Yang Shahih Bahwa Sungguh Imam Men-jahar-kan Dengannya Qunut,  Karena Mengikuti Perbuatan Nabi. Telah Meriwayat Hadits Oleh Imam Bukhari Dan Lainnya. Berkata Imam Mawaridi: Dan Hendaklah Jaharnya Dengan Qunut Itu Dibawah Jaharnya Dengan Fatihah Dan Ayat.


والصحيح (انه يؤمن به المأموم للدعاء) للاتباع رواه ابو داود باسناد حسن او صحيح. ويجهر به كما في تأمين القراءة، (ويقول الثناء) سرا، وهو؛ فانك تقضي... الى ٱخره. لأنه ثناء وذكر فكانت الموافقة فيه اليق.


Terjemahan: Dan Yang Shahih Itu Adalah Bahwa Meng-AMIN-kan Dengannya Qunut Oleh Makmum Bagi Doa. Karena Mengikuti Shahabat. Meriwayatkannya Oleh Abu Daud Dengan Hasan Atau Shahih. Dan MEN-JAHAR-KAN Dengan Amin Tersebut Sebagaimana Pada Amin Fatihah. Dan Berkata Oleh MAKMUM Pada TSANA' Secara SIR, Yaitu FAINNAKA TAQDHI Hingga Akhir. Karena Bacaan Ini Adalah Sanjungan Dan Dzikir Maka Adalah Membaca Selaras Dengan Pekerjaan Imam Itu Lebih Layak.


INGAT Muqaddimah Kitab Minhaj (Khutbah Mahli), Jika Dikatakan Shahih Maka Itu Memberitahu Apa? Memberitahu Rusaknya Pendapat Lawannya Dan Tidak Boleh Diamalkan.


2. Syaikh Zainuddin Almalibari Dalam Kitab Fathul Mu'in:

(وجهر به) اي القنوت ندبا (امام) ولو في السرية لا مأموم لم يسمعه ومنفرد، فيسران به مطلقا. (وامن) جهرا (مأموم) سمع قنوت امامه للدعاء منه. ومن للدعاء الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم فيؤمن لها على الاوجه. اما الثناء وهو فانك تقضي الى آخره، فيقوله سرا.

Terjemahan: Dan MEN-JAHAR-KAN Dengannya Qunut Oleh Imam, Itu Sunnah Hukumnya Walaupun Pada Shalat Sirriyyah (Seperti Zhuhur Dan Ashar Untuk Qunut Nazilah). Tidak MEN-JAHAR-KAN Oleh Makmun Yang Tidak Mendengar Qunut Imam Dan Tidak Pula MEN-JAHAR-KAN Oleh Yang Shalat Sendiri.

Dan Meng-AMIN-kan Secara JAHAR Oleh Makmum Yang Mendengar Qunut Imam Bagi Doa Imam. Dan Termasuk Dalam DOA Adalah Bershalawat Kepada Nabi. Maka Diaminkan Pula Baginya Berdasarkan Pada Pendapat Yang  Kuat. 

ADAPUN TSANA', Dan Tsana'Itu Adalah FAINNAKA TAQDHI Hingga Akhirnya Maka Berkata Akannya Oleh MAKMUM SECARA SIR (Mengecilkan Suara).


INGAT! Kesalahan Mengembalikan Fail Pada Kalimat 

فيقوله سرا

Yang Ada Dalam Fathui Mu'in Adalah Sumber Masalah. Padahal Failnya Kembali Kepada MAKMUM Bukan Kepada IMAM.

Tetapi Secara Tidak Tersadar Ada Yang Mengembalikan Dhamir Fail Itu Kepada IMAM Maka Jadilah Makna "Maka Berkata Ia Imam Secara Sir". Mudah mudahan Ini Keliru. Fail يقول Itu Kembali Kepada MAKMUM Bukan Kepada Imam.


Dengan Tidak Bermaksud Mencari Sensasi Apalagi Bermaksud Menggurui, Mari Kita Telaah Kembali Kitab-kitab Standar Yang Dulu Kita Pelajari.


Semoga Bermanfaat.

No comments: