Protokol Zionis yang ketujuhbelas
Protokol Zionis yang ketujuhbelas
…Kita telah lama menjaga dengan hati-hati upaya mendiskreditkan para
ulama non-Yahudi (termasuk Imam Mazhab yang empat) dalam rangka
menghancurkan misi mereka, yang pada saat ini dapat secara serius
menghalangi misi kita. Pengaruh mereka atas masyarakat mereka berkurang
dari hari ke hari. Kebebasan hati nurani yang bebas dari paham agama
telah dikumandangkan dimana-mana. Tinggal masalah waktu maka agama-agama
itu akan bertumbangan…..
Ditengarai kaum Yahudi yang dikenal
sekarang dengan kaum Zionis Yahudi berupaya menghilangkan peranan Imam
Mazhab yang empat sebagai pemimpin atau imam ijtihad kaum muslim (Imam
Mujtahid Mutlak).
Begitu halus cara mereka mencitrakan buruk atau mendiskreditkan Imam Mazhab yang empat, contohnya dengan slogan-slogan seperti
"Kembali kepada Al Qur'an dan As Sunnah dengan pemahaman Salafush Sholeh" dan "Imam Mazhab yang empat tidak maksum"
Slogan seperti ini seolah mengatakan bahwa kaum muslim pada umumnya
yang menggikuti salah satu dari Imam Mazhab yang empat tidak berdasarkan
Al Qur'an dan As Sunnah sesuai pemahaman para Salafush Sholeh hanya
mengikuti pemahaman Imam Mazhab yang yang empat yang tidak maksum
Imam Mazhab yang empat tentu tidak maksum namun Imam Mazhab yang empat
berkompetensi sebagai Imam Mujtahid Mutlak sehingga kemungkinan salah
dalam memahami Al Qur'an dan As Sunnah sangat kecil sekali. Terbukti
nyaris tidak ada ulama yang menyanggah atau membantah apa yang telah
disampaikan Imam Mazhab yang empat
Allah ta’ala berfirman yang
artinya “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk
Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha
kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya.
Itulah kemenangan yang besar“. (QS at Taubah [9]:100)
Dari
firmanNya tersebut dapat kita ketahui bahwa orang-orang yang diridhoi
oleh Allah Azza wa Jalla adalah orang-orang yang mengikuti Salafush
Sholeh.
Sedangkan orang-orang yang mengikuti Salafush Sholeh
yang paling awal dan utama adalah Imam Mazhab yang empat karena Imam
Mazhab yang empat bertemu dan bertalaqqi (mengaji) dengan Salafush
Sholeh sehingga Imam Mazhab yang empat mendapatkan pemahaman Salafush
Sholeh dari lisannya langsung dan Imam Mazhab yang empat melihat
langsung cara beribadah atau manhaj Salafush Sholeh.
Imam
Mazhab yang empat adalah para ulama yang sholeh dari kalangan
“orang-orang yang membawa hadits” yakni membawanya dari Salafush Sholeh
yang meriwayatkan dan mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam
Jadi kalau kita ingin bertemu dan bertalaqqi (mengaji)
dengan Sayyidina Muhammad Rasulullah shallallahu alaihi wasallam maka
kita menemui dan bertalaqqi (mengaji) dengan para ulama yang sholeh dari
kalangan "orang-orang yang membawa hadits"
Para ulama yang
sholeh dari kalangan "orang-orang yang membawa hadits" adalah para ulama
yang sholeh yang mengikuti salah satu dari Imam Mazhab yang empat
Para ulama yang sholeh yang mengikuti dari Imam Mazhab yang empat
adalah para ulama yang sholeh yang memiliki ketersambungan sanad ilmu
(sanad guru) dengan Imam Mazhab yang empat atau para ulama yang sholeh
yang memiliki ilmu riwayah dan dirayah dari Imam Mazhab yang empat.
Bahkan kalau melalui para ulama yang sholeh dari kalangan ahlul bait,
keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pada umumnya
memiliki ketersambungan dengan lisannya Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam melalui dua jalur yakni
1. Melalui nasab (silsilah /
keturunan). Pengajaran agama baik disampaikan melalui lisan maupun
praktek yang diterima dari orang tua-orang tua mereka terdahulu
tersambung kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
2.
Melalui sanad ilmu atau sanad guru. Pengajaran agama dengan bertalaqqi
(mengaji) dengan para ulama yang sholeh yang mengikuti Imam Mazhab yang
empat yakni para ulama yang sholeh memiliki ilmu riwayah dan dirayah
dari Imam Mazhab yang empat atau para ulama yang sholeh yang memiliki
ketersambungan sanad ilmu atau sanad guru dengan Imam Mazhab yang empat
Sehingga para ulama yang sholeh dari kalangan ahlul bait, keturunan
cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam lebih terjaga kemutawatiran
sanad, kemurnian agama dan akidahnya.
Berhati-hatilah dengan para ulama dari kalangan "orang-orang yang membaca hadits"
Para ulama dari kalangan “orang-orang yang membaca hadits” yakni para
ulama yang mengaku-aku mengikuti atau menisbatkan kepada Salafush Sholeh
namun tidak bertemu atau bertalaqqi (mengaji) dengan Salafush Sholeh.
Apa yang mereka katakan sebagai pemahaman Salafush Sholeh adalah ketika
mereka membaca hadits, tentunya ada sanad yang tersusun dari Tabi’ut
Tabi’in , Tabi’in dan Sahabat. Inilah yang mereka katakan bahwa mereka
telah mengetahui pemahaman Salafush Sholeh. Bukankah itu pemahaman
mereka sendiri terhadap hadits tersebut.
Mereka berijtihad
dengan pendapatnya terhadap hadits tersebut. Apa yang mereka katakan
tentang hadits tersebut, pada hakikatnya adalah hasil ijtihad dan ra’yu
mereka sendiri. Sumbernya memang hadits tersebut tapi apa yang mereka
sampaikan semata lahir dari kepala mereka sendiri. Sayangnya mereka
mengatakan kepada orang banyak bahwa apa yang mereka sampaikan adalah
pemahaman Salafush Sholeh.
Tidak ada yang dapat menjamin hasil
upaya ijtihad mereka pasti benar dan terlebih lagi mereka tidak dikenal
berkompetensi sebagai Imam Mujtahid Mutlak. Apapun hasil ijtihad mereka,
benar atau salah, mereka atasnamakan kepada Salafush Sholeh. Jika hasil
ijtihad mereka salah, inilah yang namanya fitnah terhadap Salafush
Sholeh. Fitnah dari orang-orang yang serupa dengan Dzul Khuwaishirah
dari Bani Tamim Al Najdi yang karena kesalahpahamannya atau karena
pemahamannya telah keluar (kharaja) dari pemahaman mayoritas kaum muslim
(as-sawad al a’zham) sehingga berani menghardik Rasulullah shalallahu
alaihi wasallam
Telah bercerita kepada kami Abu Al Yaman telah
mengabarkan kepada kami Syu’aib dari Az Zuhriy berkata, telah
mengabarkan kepadaku Abu Salamah bin ‘Abdur Rahman bahwa Abu Sa’id Al
Khudriy radliallahu ‘anhu berkata; Ketika kami sedang bersama Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam yang sedang membagi-bagikan
pembagian(harta), datang Dzul Khuwaishirah, seorang laki-laki dari Bani
Tamim, lalu berkata; Wahai Rasulullah, tolong engkau berlaku adil. Maka
beliau berkata: Celaka kamu!. Siapa yang bisa berbuat adil kalau aku
saja tidak bisa berbuat adil. Sungguh kamu telah mengalami keburukan dan
kerugian jika aku tidak berbuat adil. Kemudian ‘Umar berkata; Wahai
Rasulullah, izinkan aku untuk memenggal batang lehernya!. Beliau
berkata: Biarkanlah dia. Karena dia nanti akan memiliki teman-teman yang
salah seorang dari kalian memandang remeh shalatnya dibanding shalat
mereka, puasanya dibanding puasa mereka. Mereka membaca Al Qur’an namun
tidak sampai ke tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama seperti
melesatnya anak panah dari target (hewan buruan). (HR Bukhari 3341)
orang-orang seperti Dzul Khuwaishirah, kabilah Bani Tamim dari Najd
yang karena kesalahpahamannya atau pemahamannya telah keluar (kharaja)
dari pemahaman mayoritas kaum muslim (as-sawad al a’zham) sehingga
membunuh kaum muslim dan membiarkan para penyembah berhala
Telah menceritakan kepada kami Hannad bin As Sari telah menceritakan
kepada kami Abul Ahwash dari Sa’id bin Masruq dari Abdurrahman bin Abu
Nu’m dari Abu Sa’id Al Khudri ia berkata; Ketika Ali bin Abi Thalib
berada di Yaman, dia pernah mengirimkan emas yang masih kotor kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu emas itu dibagi-bagikan
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada empat kelompok.
Yaitu kepada Aqra` bin Habis Al Hanzhali, Uyainah bin Badar Al Fazari,
Alqamah bin Ulatsah Al Amiri, termasuk Bani Kilab dan Zaid Al Khair Ath
Thay dan salah satu Bani Nabhan. Abu Sa’id berkata; Orang-orang Quraisy
marah dengan adanya pembagian itu. kata mereka, Kenapa pemimpin-pemimpin
Najd yang diberi pembagian oleh Rasulullah, dan kita tidak dibaginya?
maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun menjawab: Sesungguhnya
aku lakukan yang demikian itu, untuk membujuk hati mereka. Sementara
itu, datanglah laki-laki berjenggot tebal, pelipis menonjol, mata
cekung, dahi menjorok dan kepalanya digundul. Ia berkata, Wahai
Muhammad! Takutlah Anda kepada Allah! Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: Siapa pulakah lagi yang akan mentaati Allah, jika aku
sendiri telah mendurhakai-Nya? Allah memberikan ketenangan bagiku atas
semua penduduk bumi, maka apakah kamu tidak mau memberikan ketenangan
bagiku? Abu Sa’id berkata; Setelah orang itu berlaku, maka seorang
sahabat (Khalid bin Al Walid) meminta izin kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam untuk membunuh orang itu. Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam pun bersabda: Dari kelompok orang ini, akan muncul
nanti orang-orang yang pandai membaca Al Qur`an tetapi tidak sampai
melewati kerongkongan mereka, bahkan mereka membunuh orang-orang Islam,
dan membiarkan para penyembah berhala; mereka keluar dari Islam seperti
panah yang meluncur dari busurnya. Seandainya aku masih mendapati
mereka, akan kumusnahkan mereka seperti musnahnya kaum ‘Ad. (HR Muslim
1762)
Yang dimaksud "membiarkan penyembah berhala" adalah
membiarkan kaum Yahudi yang sekarang dikenal sebagai kaum Zionis Yahudi
atau disebut juga dengan freemason, iluminati, lucifier yakni kaum yang
meneruskan keyakinan pagan (paganisme) atau penyembah berhala
Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan setelah datang kepada mereka
seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada
mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat)
melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka
tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah). Dan mereka mengikuti
apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan
mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal
Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan
lah yang kafir (mengerjakan sihir).” (QS Al Baqarah [2]:101-102 )
Hasutan atau gahzwul fikri (perang pemahaman) menerpa orang-orang
seperti Dzul Khuwaishirah at Tamimi al Najdi karena berinteraksi atau
bergaul dengan kaum Zionis Yahudi yang meninggalkan Taurat dan meyakini
kitab Talmud berdasarkan keyakian paganisme
Paganisme berasal
dari suku-suku pagan kuno merupakan suku-suku penyembah Dewa Matahari.
dan lain lain. Mereka berkeyakinan bahwa alam tuhan itu berada di
langit yakni alam dewa-dewa. Alam dewa selalu dikaitkan dengan alam
tinggi, yang dipersepsi berada di langit, dalam arti ruang yang
sesungguhnya. Sehingga, kita sering mendengar cerita-cerita tentang
‘turunnya’ para dewa-dewi, bidadari dari langit nun jauh di sana menuju
ke Bumi. Mereka terikat oleh satu kepercayaan yang berasal dari sistem
kepercayaan kuno Kabbalah yang terurai dalam kitab Talmud yang merupakan
kitab suci iblis yang diyakini kaum pagan kuno dan juga mewarnai banyak
sisi dalam kehidupan mereka.
Orang-orang seperti Dzul
Khuwaishirah at Tamimi al Najdi yang karena kesalahpahamannya atau
karena pemahamannya telah keluar (kharaja) dari pemahaman mayoritas kaum
muslim (as-sawad al a’zham) sehingga berani menghardik Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam
Telah menceritakan kepada kami
Hannad bin As Sari telah menceritakan kepada kami Abul Ahwash dari Sa’id
bin Masruq dari Abdurrahman bin Abu Nu’m dari Abu Sa’id Al Khudri ia
berkata; Ketika Ali bin Abi Thalib berada di Yaman, dia pernah
mengirimkan emas yang masih kotor kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Lalu emas itu dibagi-bagikan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam kepada empat kelompok. Yaitu kepada Aqra` bin Habis Al
Hanzhali, Uyainah bin Badar Al Fazari, Alqamah bin Ulatsah Al Amiri,
termasuk Bani Kilab dan Zaid Al Khair Ath Thay dan salah satu Bani
Nabhan. Abu Sa’id berkata; Orang-orang Quraisy marah dengan adanya
pembagian itu. kata mereka, Kenapa pemimpin-pemimpin Najd yang diberi
pembagian oleh Rasulullah, dan kita tidak dibaginya? maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam pun menjawab: Sesungguhnya aku lakukan yang
demikian itu, untuk membujuk hati mereka. Sementara itu, datanglah
laki-laki berjenggot tebal, pelipis menonjol, mata cekung, dahi menjorok
dan kepalanya digundul. Ia berkata, Wahai Muhammad! Takutlah Anda
kepada Allah! Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Siapa
pulakah lagi yang akan mentaati Allah, jika aku sendiri telah
mendurhakai-Nya? Allah memberikan ketenangan bagiku atas semua penduduk
bumi, maka apakah kamu tidak mau memberikan ketenangan bagiku? Abu Sa’id
berkata; Setelah orang itu berlaku, maka seorang sahabat (Khalid bin Al
Walid) meminta izin kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
untuk membunuh orang itu. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
pun bersabda: Dari kelompok orang ini, akan muncul nanti orang-orang
yang pandai membaca Al Qur`an tetapi tidak sampai melewati kerongkongan
mereka, bahkan mereka membunuh orang-orang Islam, dan membiarkan para
penyembah berhala; mereka keluar dari Islam seperti panah yang meluncur
dari busurnya. Seandainya aku masih mendapati mereka, akan kumusnahkan
mereka seperti musnahnya kaum ‘Ad. (HR Muslim 1762)
Orang-orang
seperti Dzul Khuwaishirah at Tamimi al Najdi pulalah yang karena
kesalahpahamannya atau karena pemahamannya telah keluar (kharaja) dari
pemahaman mayoritas kaum muslim (as-sawad al a’zham) sehingga berani
menghardik Sayyidina Ali bin Abi Thalib telah berhukum dengan thagut,
berhukum dengan selain hukum Allah. Bahkan mereka sampai membunuh
Sayyidina Ali ra
Abdurrahman ibn Muljam adalah seorang yang
sangat rajin beribadah. Shalat dan shaum, baik yang wajib maupun sunnah,
melebihi kebiasaan rata-rata orang di zaman itu. Bacaan Al-Qurannya
sangat baik. Karena bacaannya yang baik itu, pada masa Sayyidina Umar
ibn Khattab ra, ia diutus untuk mengajar Al-Quran ke Mesir atas
permintaan gubernur Mesir, Amr ibn Al-’Ash. Namun, karena ilmunya yang
dangkal (pemahamannya tidak melampaui tenggorokannya) , sesampai di
Mesir ia malah terpangaruh oleh hasutan (gahzwul fikri) orang-orang
Khawarij yang selalu berbicara mengatasnamakan Islam, tapi sesungguhnya
hawa nafsu yang mereka turuti. Ia pun terpengaruh. Ia tinggalkan
tugasnya mengajar dan memilih bergabung dengan orang-orang Khawarij
sampai akhirnya, dialah yang ditugasi menjadi eksekutor pembunuhan Imam
Sayyidina Ali ra.
Semasa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
memang belum terjadi fitnah dikarenakan orang-orang seperti Dzul
Khuwaishirah. Sebab, saat para Sahabat ingin memerangi mereka, oleh
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dicegah. Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam tahu di belakangnya ada teman-teman mereka yang sifatnya
sama. Sangat mungkin saat temannya dianiaya, mereka akan mengobarkan
perang melawan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan Sahabatnya.
Padahal, mereka bukan orang “kafir” karena shalat, shaum, dan ritual
mereka boleh dikatakan di atas rata-rata orang kebanyakan. Tidak akan
ada yang menyangka bahwa mereka adalah orang-orang yang akan merusak
Islam.
Orang-orang seperti Dzul Khuwaishirah at Tamimi al Najdi
diusir atau diisolasi oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
kesebuah kampung bernama Haruri terletak dekat kufah, Iraq. Mereka
disebut juga kaum Haruriyyah
Dan Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Al Mutsanna telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab ia
berkata, saya mendengar Yahya bin Sa’id berkata, telah mengabarkan
kepadaku Muhammad bin Ibrahim dari Abu Salamah dan Atha` bin Yasar bahwa
keduanya mendatangi Abu Sa’id Al Khudri dan bertanya tentang Al
Haruriyyah, “Apakah Anda pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menyebutnya?” Abu Sa’id menjawab, “Saya tidak tahu, siapakah
sebenarnya Al Haruriyyah itu. Tetapi, saya telah mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Akan keluar dari umat ini -dan
beliau tidak mengatakan- darinya suatu kaum, yang mereka akan meremehkan
shalat kalian. kemudian mereka membaca Al Qur`an, namun tidak sampai
melewati kerongkongan mereka. Mereka keluar dari Islam, sebagaimana
meluncurnya anak panah dari busurnya, hingga sang pemanah pun melihat
ujung dari anak panah itu, apakah memuncratkan darah.’” (HR Muslim 1764)
Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Basysyar Telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Ja’far Telah menceritakan kepada kami Syu’bah
dari ‘Amru bin Murrah dari Mush’ab bin Sa’ad dia berkata; Aku bertanya
kepada Bapakku mengenai firman Allah; Katakanlah: Apakah akan Kami
beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi
perbuatannya? apakah mereka orang Harury? Bapakku menjawab; bukan,
mereka adalah Yahudi dan Nashrani. Adapun orang-orang Yahudi, mereka
telah mendustakan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Sedangkan Nashrani
mereka telah mengingkari surga. Mereka mengatakan; didalamnya tidak ada
makanan dan minuman. Adapun Haruriy mereka adalah orang-orang yang
melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh… dan Sa’ad
menamakan mereka sebagai orang-orang yang fasik. (HR Bukhari 4359)
Dan telah menceritakan kepada kami Abd bin Humaid telah mengabarkan
kepada kami Abdurrazzaq telah mengabarkan kepada kami Ma’mar dari Ashim
dari Mu’adzah dia berkata, “Saya bertanya kepada Aisyah seraya berkata,
‘Kenapa gerangan wanita yang haid mengqadha’ puasa dan tidak mengqadha’
shalat? ‘ Maka Aisyah menjawab, ‘Apakah kamu dari golongan Haruriyah? ‘
Aku menjawab, ‘Aku bukan Haruriyah, akan tetapi aku hanya bertanya.’ Dia
menjawab, ‘Kami dahulu juga mengalami haid, maka kami diperintahkan
untuk mengqadha’ puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqadha’
shalat’.” (HR Muslim 508)
Orang-orang serupa Dzul Khuwaishirah
dari Bani Tamim al Najdi , mereka membaca Al Qur`an dan mereka menyangka
bahwa Al Qur`an itu adalah (hujjah) bagi mereka, namun ternyata Al
Qur`an itu adalah (bencana) atas mereka
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Akan muncul suatu sekte/firqoh/kaum dari
umatku yang pandai membaca Al Qur`an. Dimana, bacaan kalian tidak ada
apa-apanya dibandingkan dengan bacaan mereka. Demikian pula shalat
kalian daripada shalat mereka. Juga puasa mereka dibandingkan dengan
puasa kalian. Mereka membaca Al Qur`an dan mereka menyangka bahwa Al
Qur`an itu adalah (hujjah) bagi mereka, namun ternyata Al Qur`an itu
adalah (bencana) atas mereka. Shalat mereka tidak sampai melewati batas
tenggorokan. Mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah meluncur
dari busurnya”. (HR Muslim 1773)
Orang-orang serupa Dzul
Khuwaishirah dari Bani Tamim al Najdi yakni anak-anak muda yang belum
memahami agama dengan baik, mereka seringkali mengutip ayat-ayat
al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi, tapi itu semua dipergunakan untuk
menyesatkan, atau bahkan untuk mengkafirkan orang-orang yang berada di
luar kelompok mereka. Padahal kualitas iman mereka sedikitpun tidak
melampaui kerongkongan mereka.
Telah bercerita kepada kami
Muhammad bin Katsir telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari Al A’masy
dari Khaitsamah dari Suwaid bin Ghafalah berkata, ‘Ali radliallahu ‘anhu
berkata; Sungguh, aku terjatuh dari langit lebih aku sukai dari pada
berbohong atas nama beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dan jika aku
sampaikan kepada kalian tentang urusan antara aku dan kalian,
(ketahuilah) bahwa perang itu tipu daya. Aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam yang bersabda: Akan datang di akhir zaman
orang-orang muda dalam pemahaman (lemah pemahaman atau sering salah
pahaman). Mereka berbicara dengan ucapan manusia terbaik (Khairi Qaulil
Bariyyah, maksudnya suka berdalil dengan Al Qur’an dan Hadits)) namun
mereka keluar dari agama bagaikan anak panah melesat keluar dari target
buruan yang sudah dikenainya. Iman mereka tidak sampai ke tenggorokan
mereka. (HR Bukhari 3342)
Jadi orang-orang serupa Dzul
Khuwaishirah dari Bani Tamim al Najdi adalah orang-orang yang merasa
paling benar sehingga berani menghardik Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam, berani menghardik. melaknat, membenci Sayyidina Ali ra dan
keturunannya atau dengan kata lain mereka yang membenci para ulama yang
sholeh dari kalangan ahlul bait, keturunan cucu Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam yang disebut dengan kaum Nashibi (An-Nawaashib mufradnya
naashib) serta mereka yang berani menghardik atau membenci para ulama
yang sholeh yang memiliki ilmu riwayah dan dirayah dari Imam Mazhab yang
empat yang bertemu dan bertalaqqi (mengaji) dengan Salafush Sholeh yang
meriwayatkan dan mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam atau yang disebut mereka yang anti mazhab
No comments:
Post a Comment