Friday, May 17, 2013
KEIMANAN ABU TALIB
Abu Thalib bersyahadat dengan hatinya
Sayyid Ahmad bin Zaini dahlan salah seorang yang sangat mencintai Sayyidina Muhammad shalallahu alaihi wasallam, beliau mengarang kitab yang berjudul ,“Asna Al- Mathalib Fi Najah Abi Thalib”.
Banyak kaum muslimin yang mempersoalkan, apakah Abu Thalib mukmin ataukah kafir.
Bahkan sampai kinipun pertanyaan itu masih tetap saja menggantung,tidak ada jawaban yang bisa di pegang.
Atau bahkan barangkali mendapat informasi yang kurang tepat sehingga menyimpulkan Abu Tahlib termasuk orang kafir.. Naudzubillah
Abu Tahlib adalah paman sekaligus pelindung Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, sejak beliau berusia 6 tahun sudah dipelihara dan dilindunginya.
Dengan gigih sang paman melindungi putra Abdullah, kakak kandungnya, itu dari ancaman kaum kafir quraisy yang ingin membunuhnya.
Demi menjaga keponakannya itu, Abu Tahlib memerintahkan kedua anak kandungnya , yaitu Ja`far dan Ali untuk melindungi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Abu Thalib pulalah orang yang mengucapkan sumpah yang sangat terkenal dalam sejarah islam, ketika para pembesar Quraisy minta agar ia menyerahkan Muhammad keponakannya itu.
“Andai kalian letakkan Matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, niscaya aku tetap tidak akan menyerahkan Muhammad”.
Bibit keimanan Abu Thalib kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah tampak sejak ia melihat tanda-tanda kenabian pada keponakannya itu.
Suatu hari, ia melihat Abdul Muthallib kakeknya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menggendong cucunya yang masih kecil itu di pundaknya sambil memohon hujan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala di puncak bukit Abu Qubais,…Subhanallah ketika itu juga turun hujan.
Abu Thalib juga pernah membuktikannya ia menggendong Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang ketika itu masih kecil di pundaknya berdiri di dinding Ka`bah, ia memohon hujan kepada Allah Ta`la, tiba-tiba gumpalan awan berkumpul lalu menyirami lembah-lembah di Makkah dengan curahan hujan yang lebat, sehingga permukaan tanah menjadi gembur dan subur.
Di saat remaja Abu Tahlib pernah mengajaknya berdagang ke syam. Ditengah jalan bertemu dengan seorang pendeta yang bernama Buhairah yang melihat tanda-tanda kenabian pada diri Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Ia menyarankan agar cepat-cepat memebawanya pulang ke Makkah, khawatir terhadap ancaman kaum Yahudi, Abu Thalib pun mengikuti saran tersebut.
Abu Thalib dan keluarganya jika mereka makan bersama tidak kenyang, namun bila Rasululllah shallallahu alaihi wasallam ikut makan mereka merasa kenyang.
Setiap minum susu, merasa nikmat jika di minum terlebih dahulu oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
“Engkau wahai Muhammad benar-benar telah di berkahi, “Ucap Abu Thalib”.
Keimanan Abu Thalib tidak pernah di perlihatkannya, tujuannya agar dapat menjaga dan melindungi terus Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dari gangguan kaum kafir Quraisy.
Abu Thalib melakukan politik kamuflase di hadapan kaum kafir quraisy, agar mereka tidak mengganggu keponakannya.
Abu Tahlib juga telah mengucapkan kalimat tauhid, hakikat kerasulan dan pembenaran terhadap kenabian rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam syair-syairnya.
Telah menceritakan kepada kami 'Amru bin 'Ali berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Qutaibah berkata, telah menceritakan kepada kami 'Abdurrahman bin 'Abdullah bin Dinar dari Bapaknya berkata, Aku mendengar Ibnu 'Umar menirukan sya'irnya Abu Thalib,
#Wajahnya yang putih mengharap turunnya awan (hujan),
#sumber kehidupan anak-anak yatim dan pelindung para janda.
Dan Umar bin Hamzah berkata, telah menceritakan kepada kami Salim dari Bapaknya, barangkali aku sebutkan kepadanya perkataan syair -sementara aku lihat wajah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam meminta turunnya hujan. Maka beliau belum selesai, setiap aliran air telah penuh dengan air- Wajahnya yang putih mengharap turunnya awan (hujan), #sumber kehidupan anak-anak yatim dan pelindung para janda. Itulah perkataan Abu Thalib. (HR Bukhari 953)
Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam minta agar pamannya itu mengucapkan dua kalimat syahadat hal itu semata-mata untuk menyempurnakan keimanannya diriwayatkan dalam shahih Bukhari bahwa ia tak mau mengucap syahadat saat wafatnya. namun ada juga hadits riwayat shahih Bukhari bahwa Rasul shallallahu alaihi wasallam ditanya : "Apakah tidak bermanfaat perjuangan Abu Thalib membantumu dalam berdakwah karena ia wafat menolak syahadat..?, maka Rasul shallallahu alaihi wasallam menjawab : "Sungguh bermanfaat, ia kini berada di pantai neraka, jika bukan karena aku, niscaya ia di jurang neraka yg terdalam" (Shahih Bukhari).
Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah telah menceritakan kepada kami Abdul Malik dari Abdullah bin Al Harits bin Naufal dari Abbas bin Abdul Mutthalib dia berkata; "Wahai Rasulullah, apakah anda dapat memberi manfa'at kepada Abu Thalib, karena dia telah mengasuhmu dan terkadang marah (untuk memberikan pembelaan) kepadamu." Beliau menjawab; "Ya. ia berada di bagian neraka yang dangkal, dan kalaulah bukan karena diriku, niscaya berada di dasar neraka."
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami Al Laits telah menceritakan kepada kami Ibnu Al Hadi dari Abdullah bin Khabbab dari Abu Sa'id Al Khudri radliallahu 'anhu, bahwa dia mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ketika beliau bercerita di sampingnya, beliau menyebutkan tentang pamannya (Abu Thalib). Beliau berkata: Semoga syafa'atku bermanfaat baginya pada hari qiyamat. (HR Bukhari)
Sebagian ulama, diantaranya Al-hafidh Al- Imam As Suyuthiy menjelaskan makna hadits-hadits tersebut mustahil Rasul shallallahu alaihi wasallam mensyafaati atau menolong orang kafir, jika Abu Thalib wafat dalam kekufuran maka tak mungkin Rasul shallallahu alaihi wasallam menyelamatkannya dari dasar neraka ke pantai neraka, maka sebagian ulama berkesimpulan bahwa Abu Thalib beriman dengan hatinya, dan tak mau mengucapnya karena takut Rasul shallallahu alaihi wasallam akan semakin ditekan oleh orang Quraisy. Perlu kita ingat bahwa ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam meminta Abu Thalib mengucapkan syahadat, Abu Jahal berada di dekat mereka.
Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman Telah mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Az Zuhri dia berkata; Telah mengabarkan kepadaku Sa'id bin Al Musayyab dari bapaknya dia berkata; 'Saat Abu Thalib sekarat, nabi shallallahu 'alaihi wasallam masuk dan di dekatnya ada Abu Jahal dan 'Abdullah bin Abu Umaiyah, nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Paman! Ucapkan: LAA ILAAHA ILLALLAAH sebuah kalimat yang akan aku jadikan sebagai pembela untukmu di sisi Allah 'Azza wa Jalla (HR Bukhari)
Kesimpulannya Abu Thalib bersyahadat dengan hatinya, namun ia berdosa besar karena menolak perintah Rasul shallallahu alaihi wasallam untuk bersyahadat dengan lisannya.
“Allahumma shalli wa sallim ‘ala Sayyidina Muhammad nuuri-kas saari wa madaadikal jaari wajma’nii bihi fi kulli athwaari wa ‘ala alihi wa shahbihi yannuur”
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad, sang cahaya-Mu yang selalu bersinar dan pemberian-Mu yang tak kunjung putus, dan kumpulkanlah aku dengan Rasulullah di setiap zaman, serta shalawat untuk keluarganya dan sahabatnya, wahai Sang Cahaya.”
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment